Pengrupukan bermakna sebagai pengusiran Buta Kala yang ada di sekitar tempat tinggal. Di Bali, prosesi Pengrupukan umumnya turut dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh berwujud Buta Kala, yang menggambarkan sifat buruk manusia.
3. Hari Raya Nyepi
Baca Juga:
Menteri PMK Hadiri Tawur Agung Kesanga di Candi Prambanan Yogyakarta
Di Hari Nyepi, umat Hindu tidak boleh beraktivitas seperti biasa selama 24 jam penuh. Selain itu, mereka juga tidak boleh menyalakan api, bepergian, atau berkegiatan apa pun. Seperti namanya, puncak Hari Raya Nyepi dilaksanakan dalam keheningan. Tujuan dari keheningan ini adalah sebagai bentuk introspeksi atau menyucikan diri dengan melepas semua hal yang berhubungan dengan kehidupan duniawi dalam sehari penuh.
Di saat yang sama, mereka yang mampu disarankan untuk berpuasa selama 24 jam, tapa, yoga, maupun samadi untuk merenungi dosa-dosa sekaligus menyiapkan diri menyambut tahun baru.
4. Tradisi Ngembak Geni
Baca Juga:
Langgar Aturan Nyepi di Bali, Polisi Tahan 2 WN Polandia
Ngembak Geni adalah tradisi yang menjadi penutup rangkaian Hari Raya Nyepi. Ngembak Geni menjadi waktunya bagi umat Hindu untuk lebih bersyukur, saling maafkan, dan membuka lembaran baru dengan hati yang bersih. Saat Ngembak Geni, umat Hindu akan saling mengunjungi keluarga dan tetangga untuk saling bermaaf-maafan. [tum]