Konsumen.WahanaNews.co | Survei dilakukan Polling Institute menyatakan sebanyak 61, 2 persen konsumen pengguna Ojol menyatakan kurang atau tidak setuju dengan kenaikan tarif ojek online (ojol).
Peneliti Polling Institute Kennedy Muslim mengatakan survei dilakukan dengan mengambil sampel 1.220 responden pengguna ojol di Indonesia. Sementara sampel untuk driver mencapai 810 responden.
Baca Juga:
DPR Minta Menaker Siapkan Aturan THR bagi Pengemudi Ojol
"Kami menemukan bahwa ada sekitar 61,2 persen pengguna yang kurang atau tidak setuju penyesuaian tarif ojol. Sementara, sekitar 78,1 persen mitra/driver setuju," ungkap Kennedy dalam acara 'Pemaparan Rilis Hasil Survei Nasional Polling Institute', Minggu (11/9).
Ia pun menuturkan meski tarif ojol naik, 29,1 persen pengguna mengaku tetap menggunakan ojol seperti biasanya. Sedangkan 26,6 persen memilih akan menggunakan motor pribadi.
Kemudian, 5,3 persen beralih ke angkutan umum (angkot), 3,6 persen memilih mengurangi mobilitas, dan sisanya memiliki pilihan lain mulai dari menggunakan ojek pangkalan, mengambil cicilan motor dan lain-lain.
Baca Juga:
Prabowo Dapat Dukungan dari Komunitas Ojek Online
Di sisi driver, meski mayoritas setuju dengan kenaikan tarif, konsekuensi logis dari kenaikan tarif itu mendapat respons yang bertolak belakang.
Total 53,1 persen driver tidak ingin orderan berkurang kalau tarif naik. Sementara, 21,1 persen ingin tarif turun tapi lebih banyak orderan.
Lalu, 13,6 persen ingin tarif naik tapi orderan tidak berkurang, dan 8,3 persen ingin tarif naik tapi orderan tidak berkurang cukup jauh.