Bagi pria kelahiran Singaraja ini, dunia pertanian adalah pekerjaan mata rantai yang tidak boleh terputus. Di hulu membuat produk yang baik dan berkualitas, sedangkan di hilir juga harus bisa memasarkan produk yang dibuat.
Setelah berkecimpung beberapa lama, pada 2017 ia melihat banyak permasalahan di dunia pertanian salah satunya adalah di pasar panen. Lulusan S2 Master of Information and Technology Universitas Gajah Mada (UGM) ini memutuskan untuk membuat komunitas PMK.
Baca Juga:
Waspada Banjir, Ini Tips Amankan Listrik saat Air Masuk Rumah
Karena permasalahan besar di dunia pertanian adalah aktivitas pertanian yang terputus. Melalui PMK ia menawarkan harga yang baik untuk petani sedangkan konsumen mendapatkan kualitas produk yang baik dan harga yang kompetitif.
Kerja kerasnya mampu dibuktikan dengan omzet yang mampu dia kantongi. Saat ini, omzet usahanya telah berkembang hingga puluhan kali lipat.
Petani Muda Keren
Baca Juga:
Era Energi Terbarukan, ALPERKLINAS: Transisi Energi Harus Didukung Semua Pihak
Agar komunitas yang ia lahirkan dapat terus berkembang, Agung berpedoman kepada pilar 5K, yakni Komitmen, Komunitas, Kolaborasi, Kontribusi, dan Keren.
Pilar pertama berarti untuk dapat menjadi petani muda keren, maka harus mau berkomitmen menjadi petani yang fokus dalam satu bidang, sehingga bisa menjadi ahli di bidangnya.
“Kedua adalah dengan berkomunitas, untuk menjadi petani yang maju, semuanya harus bersatu. Dengan berkomunitas, segala permasalahan pertanian bisa kita mitigasi, kita urai bersama,” katanya.