Dia merasa kepergian putra sulungnya itu terlalu cepat. Saat masih hidup, Rosti kerap mengingatkan Brigadir J untuk memperhatikan adiknya yang juga merantau ke Jakarta.
"Sudah kubilang, lihat lah adikmu, cuma duanya kalian anakku. Siap mamak, siap mamak. Kapan pindah adik itu nak, kubilang. Bentar lagi mamak. Rupanya kaunya yang bentar itu anakku," tutur Rosti sambil terbata-bata karena menangis.
Baca Juga:
Perjalanan Vonis Ferdy Sambo dari Hukuman Mati Jadi Penjara Seumur Hidup
"Kuantarkan lah engkau anakku, ke peristirahatan mu. Anakku, ternyata kembali kau ke tanah. Cepat kali, mendadak sekali anakku," lanjutnya.
Diberitakan, Brigadir J tewas dalam insiden saling tembak dengan Bharada E di rumah Irjen Ferdy Sambo di Komplek Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (8/7). Namun, peristiwa itu baru diungkap pada Senin (11/7).
Baik Brigadir J maupun Bharada E merupakan ajudan Ferdy. Brigadir J bertugas sebagai sopir istri Ferdy, sementara Bharada E bertugas melindungi keluarga Kadiv Propam.
Baca Juga:
Seluruh Tergugat Tak Hadir, Sidang Gugatan Rp 7,5 M Keluarga Brigadir J Ditunda
Polisi mengklaim penembakan itu berawal dari dugaan pelecehan yang dilakukan Brigadir J terhadap istri Sambo.
Polisi mengatakan Brigadir J mengeluarkan total tujuh tembakan, yang kemudian dibalas lima kali oleh Bharada E. Tidak ada peluru yang mengenai Bharada E. Sementara tembakan Bharada E mengenai Brigadir J hingga tewas.
Saat ini Kapolri telah membentuk tim khusus untuk mengusut insiden tersebut. Selain itu, Komnas HAM juga melakukan penyelidikan secara independen terhadap kasus penembakan. [tum]