Menurut laporan itu, tingkat usia pernikahan perempuan yang berusia 15-19 di daerah pedesaan Cina tiga kali lebih tinggi daripada di kota.
Tingkat pendidikan yang lebih rendah turut memperburuk kesenjangan tersebut.
Baca Juga:
WHO Sebut Sebagian Warga Gaza Terpaksa Konsumsi Air Got dan Pakan Ternak
Penulis studi itu mengatakan tingkat pendidikan yang lebih tinggi mengurangi risiko angka kelahiran dini untuk anak perempuan. Namun, kesenjangan pendidikan antara daerah pedesaan dan perkotaan di China juga terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir.
Pakar mengatakan banyak masyarakat di wilayah pedesaan menggelar pernikahan dini atau di bawah umur secara simbolik dengan upacara perayaan. Namun, mereka kerap melakukan pendaftaran resmi pernikahan setelah cukup umur.
Banyak orang tua di pedesaan yang ingin anak-anak menikah sebelum merantau untuk bekerja di kota besar.
Baca Juga:
Menlu Bangladesh Minta PBB Ikut Selesaikan Masalah Pengungsi Rohingya
Hal tersebut kerap terjadi pada anak laki-laki yang mungkin berusaha menemukan pasangan karena ketimpangan rasio gender China.
Masalah itu makin pelik dengan kebijakan satu anak sebelumnya dan pandangan tradisional untuk anak laki-laki, yang masih mengakar di pedesaan.
Menurut data pemerintah terbaru, ada sekitar 723 juta laki-laki, dan 688 juta perempuan. (tum)