Konsumen.WahanaNews.co | Lonjakan harga gandum yang terjadi akibat perang Rusia-Ukraina diyakini Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus (Franky) Welirang tak akan berdampak ke harga Indomie, produk perusahaannya, paling tidak untuk waktu dekat ini.
Keyakinan ia dasarkan pada beberapa hal. Salah satunya, komponen mi instan produksi Indofood. Ia mengatakan terigu yang dihasilkan dari biji gandum tidak terlalu banyak digunakan dalam produksi mi.
Baca Juga:
Indofood Buka Lowongan Kerja hingga 13 Maret 2024 untuk S1 Semua Jurusan
"Kalau tahu costing mi instan baru orang mengerti bahwa mi instan bukan hanya terigu, komponen terigunya juga tidak besar-besar amat," katanya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (10/8).
Keyakinan lain ia dasarkan pada kenaikan harga gandum. Menurutnya harga gandum tertinggi sampai ke Indonesia baru Agustus dan September 2022 ini.
Dan itu pun menurut keyakinannya tidak akan berdampak banyak ke harga mi.
Baca Juga:
Pihak Indofood Pastikan Indomie Sudah Penuhi Standar Keamanan Pangan
"Sampai Agustus dan September ini harga gandum tertinggi tiba di Indonesia, dampak kenaikannya juga tetap kecil. Nggak banyak pengaruhnya," jelasnya mengutip CNNIndonesia.com, Rabu (10/8).
Harga gandum melesat akibat perang antara Rusia dengan Ukraina belakangan ini. Berdasarkan data Trading Economics, Rabu (10/8), rata-rata harga gandum dunia mencapai US$787,51 per gantang.
Harga ini tercatat naik 8,17 persen dari tahun lalu. Karena kenaikan harga itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meminta masyarakat pecinta mi instan untuk waspada, karena harganya bakal naik tiga kali lipat dalam waktu dekat.