Sebelumnya, The Fed mengerek suku bunga acuan sebesar 75 bps dari 2,25-2,5 persen menjadi 3-3,25 persen pada September 2022. Mengutip cnn.com, Kamis (22/9), suku bunga acuan AS tembus ke level tertinggi sejak krisis keuangan global pada 2008.
Hal ini sekaligus kebijakan terberat The Fed sejak 1980 dalam melawan inflasi yang melonjak beberapa waktu terakhir.
Baca Juga:
Sri Mulyani Hadiri Pembukaan Indo Defence Expo & Forum 2025
Gubernur The Fed Jerome Powell tak menampik bahwa kenaikan suku bunga acuan The Fed akan berdampak buruk bagi pengusaha dan rumah tangga di AS. Sebab, biaya kredit untuk barang-barang, seperti rumah, mobil, dan kartu kredit berpotensi ikut meningkat.
Ia mengakui situasi ekonomi di AS memang sedang memburuk beberapa waktu terakhir. Berdasarkan proyeksi The Fed, rata-rata tingkat pengangguran AS berpotensi tembus 4,4 persen pada 2023 atau lebih tinggi dari posisi sekarang yang hanya 3,7 persen.
"Tidak ada yang tahu apakah proses ini akan mengarah pada resesi atau jika demikian, seberapa signifikan resesi itu," ungkap Powell.
Baca Juga:
Prabowo Gulirkan Paket Stimulus Ekonomi Rp24,44 Triliun untuk Jaga Momentum Pertumbuhan
Ia menambahkan The Fed merevisi target pertumbuhan ekonomi AS sebesar 0,2 persen dari 1,7 persen. Namun, angka revisi itu masih jauh lebih rendah dari catatan Bank of America yang memproyeksi PDB AS turun 0,7 persen dari posisi 1,7 persen. [tum]