Ia pun menuturkan kebijakan Grup Telkom melakukan pembelian saham GOTO tidak hanya mempertimbangkan aspek capital gain atau loss (untung dan rugi), tetapi juga dengan mempertimbangkan aspek yang lebih luas, salah satunya potensi sinergi.
Terkait isu kerugian Telkom, Ririek menuturkan jika sampai Senin (13/6), harga saham GOTO sudah naik kembali ke level Rp388. Artinya, angka tersebut sudah kembali memberikan keuntungan jika dibandingkan saat Telkomsel berinvestasi di GOTO pada level Rp270.
Baca Juga:
Telkomsel Gandeng Kemenhub Garap Data Solutions Berbasis Digital
"Kalau dibandingkan dengan ketika Telkomsel investasi di Rp270 itu kami mencatat keuntungan sekitar Rp2,8 triliun," ujarnya.
Sebelumnya, Komisi VI DPR sudah membentuk Panja Investasi BUMN di Perusahaan Digital pada Rabu (8/6) lalu. Panja itu diketuai oleh Wakil Ketua Komisi VI DPR Sarmuji.
Anggota Komisi VI Andre Rosiade mengungkapkan alasan pembentukan panja ini adalah untuk mengetahui investasi BUMN pada perusahaan digital, salah satunya GOTO.
Baca Juga:
Ini 3 Cara Pinjam Pulsa Telkomsel
"Salah satu yang akan dibahas pertama itu kita ingin mengurai, mengetahui soal investasi Telkomsel di GOTO," kata Andre.
Pada 16 November 2020, Telkomsel membuat perjanjian dengan PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (AKAB) alias Gojek untuk investasi dalam bentuk Obligasi Konversi (CB) tanpa bunga sebesar US$150 juta (setara Rp2,1 triliun per 31 Des 2020).
Kemudian, pada Mei 2021 Gojek merger dengan Tokopedia dan melahirkan GOTO. Aksi korporasi ini membuat Telkomsel mengkonversikan obligasinya dan melakukan exercise saham GOTO di harga Rp270 per saham senilai US$450 juta.