Menurut LSI, PDIP memiliki dua pilihan, yakni bergabung dengan Gerindra atau KIB.
Pada pilihan pertama, PDIP harus rela kadernya menjadi cawapres pendamping Prabowo. Sementara jika PDIP mengusung kader sebagai capres, ia harus memilih cawapresnya dari Koalisi Indonesia Baru (KIB) atau berdasarkan kesepakatan dengan PKB.
Baca Juga:
Prabowo Subianto: Kerja Sama dalam Pemerintahan Pasca Pilpres 2024
"Jika Ganjar dipilih maju sebagai capres PDIP siapa wakilnya? Mustahil cawapres Ganjar adalah Prabowo. Karena Prabowo ingin tetap menjadi capres (ini berarti tidak berkoalisi dengan Gerindra)".
Kemudian Airlangga akan dihadapkan pada posisi sulit jika maju sebagai capres sebab tak memiliki elektabilitas yang cukup. Airlangga, menurut LSI, bisa maju sebagai cawapres dari Anies atau Ganjar.
Sementara itu Prabowo dihadapkan posisi sulit karena sudah dua kali kalah dalam Pilpres. Prabowo juga disebut akan kesulitan mencari cawapres di luar PKB.
Baca Juga:
Ganjar Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Itu Kritikus
"Dilema ketiga Prabowo kesulitan mencari cawapres di luar PKB. Sementara PKB bersikukuh harus Cak Imin [Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar] cawapresnya," kata LSI.
Survei LSI Denny JA dilakukan pada 10-19 Oktober 2022 lewat riset kuantitatif terhadap 1.200 responden di 34 Provinsi di Indonesia.
Riset kuantitatif dilakukan dengan wawancara dilaksanakan secara tatap muka dengan margin of error sebesar +/- 2.9 persen.