Mahfud juga menyebut di tengah kemajuan pesat teknologi, kini sulit menyembunyikan kejahatan. Cepat atau lambat terdapat bocoran yang akhirnya diketahui oleh publik.
Mahfud menyebut contoh pertemuan Kapolda Metro Jaya, Irjen (Pol) Fadil Imran dengan Sambo beberapa waktu lalu. Keduanya sempat berpelukan, sambil menangis.
Baca Juga:
Perang Melawan Narkoba: Polda Sumut Ungkap 32 Kasus dan Sita 201 Kg Sabu, 272 Kg Ganja serta 40.000 butir Ekstasi
"Ketika Fadil berpelukan dengan Sambo, itu kan di sebuah ruangan yang tidak ada orang. Hanya ada dua atau tiga orang. Bisa beredar videonya. Ya, memang bisa jadi ada orang mereka yang mengabadikan atau kamera CCTV," kata Mahfud.
Ia menambahkan kini sepak terjang seseorang sangat mudah diungkap ke publik. "Oh, dulu orang ini melakukan ini dan seterusnya. Sehingga, track record Pak Sambo yang dulu gak dipedulikan orang, ketika ada peristiwa ini, kemudian jadi masuk laporannya ke saya. Dan yang melaporkan ke saya adalah personel Kompolnas 10 tahun lalu. Dia sudah pernah memeriksa kasus yang melibatkan Sambo," tutur dia.
2. Mahfud cerita Kompolnas lobi Mabes agar pemakaman Yosua dilakukan secara kedinasan
Baca Juga:
Curah Hujan Tinggi Picu Banjir di Tapteng, Ratusan Rumah Terendam
Di sisi lain, Mahfud juga bercerita bahwa pihak Mabes Polri tetap tak bersedia memakamkan jasad Yosua secara kedinasan usai dilakukan autopsi ulang pada 27 Juli 2022 lalu. Namun, berkat surat dari Ketua Harian Kompolnas, Irjen (Pol) Purn Benny Mamoto, akhirnya jasad Yosua dimakamkan secara kedinasan polisi.
"Kan, semula tetap gak mau (dimakamkan secara kedinasan) sampai sesaat sesudah diekshumasi itu. Akhirnya, kirim surat dan dibolehkan. Akhirnya bersih lah (nama Yosua) usai dieksehumasi itu," kata dia.
Dari Benny pula, Mahfud mendapat laporan banyak barang bukti dalam kematian Yosua yang hilang. Hasil olah TKP pertama dan kedua berbeda.