"Ini belum setahun lho (masuk floating), bagaimana tahun-tahun berikutnya. Orang-orang tuh baru mulai agak recover keuangannya habis pandemi, kok tiba-tiba BI naiknya bertubi-tubi, bagaimana nasib cicilan saya," ucap Meitha.
Nasib serupa dialami Fadhly (30). Ia mengaku sudah tak sanggup jika bunga KPR kembali naik dari posisi sekarang.
Baca Juga:
Transaksi QRIS di Kepri Meningkat, Bank Indonesia Perwakilan Kepri Dapatkan BI Award 2024
Pegawai swasta di DKI Jakarta itu menjadi nasabah KPR di PT Bank Tabungan Negara (Persero) atau BTN sejak 2019. Ia mendapatkan bunga flat sebesar 8,88 persen selama dua tahun.
Alhasil, Fadhly sudah memasuki masa floating sejak 2021. Saat itu, bunga KPR Fadhly naik 1 persen menjadi 9,88 persen.
Lalu, bunga KPR Fadhly kembali naik 1 persen menjadi 10,88 persen pada awal 2022. Padahal, BI belum mengerek suku bunga acuan saat itu.
Baca Juga:
Bank Indonesia: Inflasi November 2024 Terkendali dan Menurun Secara Tahunan
Tak ayal, kenaikan suku bunga acuan BI dalam dua bulan berturut-turut dengan total 75 bps membuat Fadhly 'pening'.
"Was-was banget lah, kemungkinan besar bulan depan bunga KPR naik. Sudah diwanti-wanti sama teman-teman yang kerja di bank juga," ujar Fadhly.
Tak mau menunggu lebih lama, ia memutuskan untuk memindahkan KPR dari BTN ke bank lain atau biasa disebut take over KPR. Meski akan dapat penalti, tapi Fadhly merasa tetap lebih murah dibandingkan bertahan di BTN.