"Emmy menguasai segala aspek, dari filosofis hingga teknis sehingga saya merasa nyaman bekerja," puji Mustafa Abubakar seperti tertulis di halaman 272.
Emmy Yuhassarie adalah putri keempat dari lima bersaudara pasangan Kasman Kartodriyo, guru Muhammadiyah, dan Susi Agustini.
Baca Juga:
Suap ke Ade Yasin dari Pihak Swasta Diduga Melalui Ajudan
Emmy dan Bacelius Ruru pertama kali berjumpa di Washington pada 1980. Kala itu Bacelius tengah menimba ilmu hukum di Harvard dengan beasiswa Departemen Keuangan, dan Emmy menerima beasiswa Fullbright untuk master hukum di Berkeley. Keduanya menikah pada 1983, secara Islam dan Katolik.
Semula Emmy masuk Fakultas Hukum Universitas Airlangga sekedar menyenangkan sang Ayah. Tapi pilihan asal-asalannya itu ternyata mengubah seluruh takdir Emmy. Baik dalam karier, cinta, maupun hidupnya. Prof. Soetandyo Wignjosoebroto, ahli sosiologi hukum, disebut punya andil besar dalam membentuk Emmy menekuni ilmu hukum.
Semula, passion Emmy sebetulnya seni rupa. Dia ingin masuk Seni Rupa ITB atau Akademi Seni di Yogyakarta. Kemahirannya melukis merupakan bakat alam yang tetap dia salurkan di sela kesibukannya sebagai pakar hukum niaga.
Baca Juga:
Ingin Kuasai Harta, Pria di Dairi Tega Bunuh Nenek Kandung
Di masa remaja kemahiran Emmy melukis dimanfaatkan beberapa perusahaan produk kecantikan untuk melukis iklan produk mereka.
Dari honor melukis Emmy bisa membantu perekonomian keluarganya. Saat masuk kuliah, dia mampu membeli sendiri mobil mini N600 keluaran Honda.
"Sak Karepmu" dipilih Bacelius Ruru menjadi judul buku ini untuk menggambarkan betapa jargon ini biasa atau kerap terlontar dari mulut sang isteri kepada orang-orang di dekatnya.