Di sisi lain, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan pemerintah tak bisa terus menerus menyalurkan subsidi pertalite secara jor-joran. Apalagi ketidakpastian dunia meningkat, sehingga tak ada yang bisa menjamin harga minyak mentah dunia akan bertahan di level US$90-US$100 per barel dalam waktu mendatang.
Jika pemerintah terus mempertahankan harga pertalite di level Rp7.650 per liter, maka APBN lama-kelamaan akan boncos juga.
Baca Juga:
Polisi Gerebek SPBU di Medan, Terbukti Oplos Pertalite dengan Bensin Oktan 87
Ia mengusulkan pemerintah menaikkan harga BBM pertalite secara bertahap. Misalnya, menjadi sekitar Rp8.000 sampai Rp9.000 per liter.
"Naik bertahap Rp1.000-Rp1.500 per liter. Kenaikannya sedikit-sedikit jadi masyarakat tidak kaget," tutur Tauhid.
Dengan kenaikan bertahap, pemerintah bisa melakukan penyesuaian di APBN juga secara berkala. Alhasil, APBN akan jauh lebih sehat ke depannya.
Baca Juga:
Ojol Kendari Protes, Pertalite Diduga Oplosan hingga Bikin Motor Mogok
Ia khawatir defisit APBN akan membengkak jika pemerintah tak menaikkan pertalite secara bertahap. Terlebih, pemerintah mewajibkan defisit APBN kembali di bawah 3 persen mulai tahun depan.
"Khawatirnya kalau harga pertalite tak bisa naik, APBN dikorbankan, defisit bisa di atas 3 persen," katanya.