Bahkan untuk pasar Eropa (pasar Atlantik), harga CIF Amsterdam-Rotterdam-Antwerp (ARA), mampu menembus 301 dollar AS per ton di awal Oktober (5/10/2021).
Harga Batubara Acuan (HBA), sebagai formulasi gabungan dari tiga indeks internasional (Newcastle Export Index, Global Newcastle Index dan Platt’s) dan Indonesia Coal Index, naik cukup tajam menjadi 161,63 dollar AS per ton.
Baca Juga:
Sederet Biskuit Asal Malaysia Diklaim Mengandung Zat Pemicu Kanker
Batubara Indonesia lebih banyak terserap di pasar Pasifik sebagai pasar utama, dengan China sebagai pemegang kunci penting dalam memainkan harga batubara.
Kondisi krisis batubara di China, lebih didorong oleh pertumbuhan kebutuhan batubara pasca-pandemi Covid-19, yang tidak diikuti keberhasilan Pemerintah China menaikkan produksi batubara nasionalnya.
Produksi batubara China sampai pertengahan 2021, tumbuh 4,1 persen dibandingkan periode yang sama di 2019.
Baca Juga:
Menteri PDTT: 20 Investor Akan Borong Produk Unggulan Desa di Bali
Sedangkan pembangkit listrik untuk merespons kenaikan kebutuhan energi sektor properti dan industri, tumbuh 7,4 persen.
Saat ini stok batubara China sebatas cukup untuk sekitar 14 hari operasi.
China hanya punya dua pilihan: meningkatkan impor atau meningkatkan produksi di dalam negeri.