Harga CPO global yang tinggi memberikan peluang 'cuan' dari ekspor lebih besar. Rata-rata 67,4% produksi Palm Oil Indonesia dijual ke luar negeri, sehingga mengurangi pasokan dalam negeri. Apalagi pasokan tersebut harus berbagi dengan proyek biomassa sehingga menekan pasokan untuk minyak goreng.
Sepanjang tahun lalu, secara rerata hingga akhir Oktober 2021, sekitar dua pertiga produksi CPO RI diekspor ke luar negeri, bahkan pada bulan Agustus tahun lalu porsi ekspor CPO mencapai 92% dari produksi bulan yang sama.
Baca Juga:
Harga Minyak Goreng di Daerah Ini Lebih Murah dari Jakarta
Selain itu dari sisi ekspor terdapat tren kenaikan, salah satunya karena lonjakan harga komoditas. Sementara itu untuk konsumsi domestik, angkanya relatif datar atau malah mengalami penurunan sedikit.
Oke Nurwan, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, dalam webinar Indef, meramalkan kenaikan harga minyak goreng akan terus berlanjut sampai kuartal I-2022.
"Ini (minyak goreng) berpotensi untuk terus bergerak, bahkan kita sudah prediksi sampai kuartal-I 2022 pun masih meningkat terus," ungkap Oke Nurwan, Rabu (24/11/2021).
Baca Juga:
Meski Lolos Seleksi Ratusan CPNS Pilih Mundur, Gajinya Kekecilan?
Menurut Oke ada dua penyebab kenapa harga komoditas kebutuhan pokok ini naik dan akan terus meroket hingga tahun depan. Pertama, pasokan Crude Palm Oil (CPO), sebagai bahan baku yang turun secara global.
Oke mengungkapkan produksi Malaysia yang turun akan diikuti oleh penurunan produksi Indonesia pada tahun 2021. Hal ini akan menekan pasokan global karena kedua negara ini adalah produsen CPO terbesar dunia.
Pasokan minyak nabati kanola oil dari Kanada turun 6% juga jadi penyebab harga minyak goreng dunia naik. Ditambah krisis energi yang terjadi di beberapa negara seperti India, Eropa, China, tambahnya.